Princess Bindi riding pony |
Kali ini saya harus berterima kasih pada serial princess-princess yang sering ditonton Bindi di tivi kabel. Bindi sering mengimajinasikan dirinya sebagai princess. Karena princess-princess yang ditontonnya hampir selalu mahir menunggang kuda, maka dengan gagah berani, Bindi pun berani memacu kuda poninya. Sesuatu yang tidak saya bayangkan sama sekali.
Saat kami liburan ke Lembang Bandung beberapa waktu lalu, Bindi tergoda oleh tawaran mamang-mamang penjaja kuda poni yang mangkal di parkiran kebun stroberi. "Berani naik kuda sendiri?" Tanya saya pada Bindi sebelum menuruti permintaannya. Ia mengangguk mantab. "Naik sendiri lho ya, nggak berdua sama Bapak atau Ibu," tegas saya mencoba memastikan apakah dia benar-benar berani naik kuda sendiri. Rupanya, Bindi sudah teguh dengan keinginannya.
Apa boleh buat, saya pun jadi punya posisi tawar yang lemah pada Si Mamang. Tarif 100rb berkuda keliling kawasan stroberi nggak berhasil saya nego. Tapi melihat anak wedok yang begitu bersemangat, nggak pake takut-takut saat tubuhnya dinaikkan ke atas punggung kuda, harga itu rasanya jadi sepadan.
Si Mamang berjalan di sisi kuda. Mula-mula kuda berjalan santai, mengelilingi area parkiran, kemusian keluar ke jalan raya. Begitu menyusur jalan raya, langkah kakinya makin cepat. Dan semakin cepat berpacu ketika Si Mamang membelokkan kuda ke arah jalan menanjak naik ke bukit.
Wow, ternyata jauh juga jalannya. Saya langsung menyerah, ngos-ngosan nggak sanggup mengimbangi larinya si kuda. Saya tunggu aja di parkiran. Biarkan suami yang mengikuti, sembari memotret dengan napas yang tersengal-sengal juga.
Sekitar dua puluh menit kemudian, Princess Bindi dan kuda poninya memasuki area parkiran kembali. Saya terpana melihatnya memegang tali memacu kuda. Dia bener-bener kayak princess yang dikaguminya. "Semua princess harus bisa naik kuda, Bu..." begitu kayanya. Dan hari ini Bindi sukses menjadi Princess of Lembang..
No comments:
Post a Comment